Pages

My Picture

My Picture
Yoggi Prayoga

Wednesday, July 18, 2012

Langkah Antisipatif dalam Mengurangi Pengangguran SMK


Pangan adalah kebutuhan yang paling diperlukan bagi umat manusia untuk meneruskan hidupnya, disamping sebagai kebutuhan hidup, pangan juga berpengaruh pada proses perkembangan manusia yang tergantung dengan kualitas yang ada di dalamnya. Saai ini di Indonesia kebutuhan pangan masih kurang dari standar yang sesuai dengan pertumbuhan penduduk yang bebitu pesat. Misalnya seperti kebutuhan protein hewani yang masih kurang dari standar yang ditetapkan Badan Pangan Dunia atau FAO (Food and Agriculture Organization), minimal enam gram/kapita/hari atau setara daging sebanyak 10,1 kg, telur 3,5 kg, dan susu 6,4 kg/kapita/tahun. Demikian yang disampaikan Direktur Eksekutif Wahana Masyarakat Agribisnis Peternakan Indonesia (WAMAPI) Dadang W Iriana di Jakarta, Rabu (31/10) dalam (korannias.wordpress.com/2007/11/09/rendah-konsumsi-protein-hewani/). Nyatanya saat ini masyarakat Indonesia hanya mengkonsumsi kebutuhan hewani yang kurang dari standar.
Menurut Direktur Jenderal Bina Gizi Kementerian Kesehatan Minarto dalam (http://health.kompas.com/read/2012/06/27/0717072/ Konsumsi. Protein.Hewani.Rendah): “angka pemenuhan kebutuhan protein hewani saat ini 60 persen per orang per tahun. Jumlah itu jauh tertinggal dibandingkan Vietnam yang sudah mencapai 80 persen dan Thailand 100 persen. Hal ini berakibat dengan banyaknya penduduk bertubuh pendek, gemuk, dan rentan terhadap penyakit degeneratif. Kurangnya pemenuhan kebutuhan protein hewani mengakibatkan pembangunan manusia Indonesia tertinggal dibandingkan negara Asia lain.


Kurangnya konsumsi protein masyarakat Indonesia saat ini diakibatkan masih kurangnya populasi peternakan, sehingga kebutuhan protein di Indonesia belum tercukupi. Data yang di sebutkan oleh BPS mengenai Populasi Peternakan yang di Indonesia pada Agustus tahun 2010 adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Populasi Ternak Besar dan Kecil pada Tahun 2010
No.
Jenis Ternak
Populasi
1.
Sapi Potong
13,583,000
2.
Sapi Perah
495,000
3.
Kerbau
2,005,000
4.
Kuda
409,000
5.
Kambing
16,821,000
6.
Domba
10,932,000
7.
Babi
7,212,000
8.
Ayam Buras
268,957,000
9.
Ayam Ras Petelur
103,841,000
10.
Ayam Ras Pedaging
1,249,952,000
11.
Itik
45,292,000
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan
Terjadinya kekurangan populasi ternak di Indonesia akibat dari rendahnya sumber daya masyarakat dalam pengembangan Agribisnis bidang peternakan. Terbukti menurut data badan pusat statistik (BPS) mengenai jumlah perusahaan budidaya peternakan pada tahun 2010 yang masih kurang, antara lain pada tabel berikut:
Tabel 2. Jumlah Perusahaan Peternakan Besar dan Kecil Menurut Badan          Hukum/Usaha
No.
Badan Hukum
Jumlah
1.
PT/CV/Firma
67
2.
BUMN
7
3.
Koperasi
6
4.
Perorangan
0
5.
Lainnya
62
Jumlah
142
Sumber: Badan Pusat Statistik tahun 2010
Keterangan pada tabel dua menyebutkan perusahaan paling banyak didominasi oleh PT, CV dan Firma, sedangkan untuk perorangan pada tahun 2010 tidak ada sama sekali. Hal ini karena peternakan yang didirikan hanya sekala kecil (rumahan) yang didirikan oleh para petani sebagai tambahan penghasilan untuk mencukupi hidupnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut langkah konkrit yang harus dilakukan adalah dengan memperbanyak pengusaha di bidang agribisnis peternakan. Hal ini bisa direalisasikan dengan ditingkatkannya pendidikan bagi masyarakat untuk perkembangan taraf hidup. Maka dari itu, pendidikan adalah jalan dalam mengimplementasikan tujuan yang ingin dicapai karena mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama.
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003).

Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar masyarakat khususnya anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional. Dengan pendidikan diharapkan masalah yang muncul bisa teratasi, sehingga terciptalah minat siswa dalam mendirikan usaha bidang peternakan. Hal ini bisa terealisasi dengan adanya SMK yang mempelajari ilmu-ilmu kejuruan sebagai dasar untuk meningkatkan keterampilan dalam melakukan bidang yang digeluti sesuai minatnya terutama bidang peternakan.
Keuntungan pembangunan usaha peternakan selain untuk memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat, yaitu dapat membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan perekonomian Negara. Karena dalam kenyataannya masih banyaknya lulusan SMK yang menganggur dan bekerja dibidang yang tidak sesuai dengan kejuruannya. Hal ini terbukti dari hasil data BPS (Badan Pusat Statistik tahun 2011) tentang Angkatan Kerja Nasional/pengangguran SMTA pada tahun 2011.
Tabel 1. Data Angkatan Kerja Nasional Tingkat SMTA
No.
Jenjang Pendidikan
Bulan
Februari
Agustus
1.
SMTA (Umum dan Kejuruan)
3.346.477 Jiwa
3.074.946 Jiwa
Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2011.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS): “Angka pengangguran terbuka Indonesia  mencapai 7,7 juta orang pada Agustus 2011. Jumlah 6,56% ini dari  total angkatan kerja berdasarkan pendidikan dan didominasi lulusan SMA dan SMK. Dalam data itu, pada Februari 2011, tingkat pengangguran terbuka tertinggi lulusan SMA mencapai 10,66% dan SMK sebesar 10,43%”.

Menurut Deputi Statistik Sosial BPS Winandi Imawan mengatakan pada Agustus 2011: “dalam setahun terakhir Agustus 2011, jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan untuk semua golongan pendidikan mengalami kenaikan.  “Kecuali untuk jenjang SD ke bawah dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 0,61% dan 0,23%,”.

Menurut Winandi: “turunnya jumlah angkatan kerja didorong oleh berkurangnya pekerja di sektor pertanian dengan jumlah tenaga kerja yang turun mencapai 3,1 juta jiwa”.

Hal tersebut menjadi momok dalam pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Padahal dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran para guru sudah memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, pengetahuan, sikap yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja.
Maka wirausahalah yang mampu menciptakan lapangan kerja agar mempu menyerap tenaga kerja. Menjadi pengusaha menjadi alternatif pilihan yang tepat, paling tidak dengan berwirausaha berarti menyediakan lapangan kerja bagi diri sendiri tidak bergantung kepada orang lain. Dan apabila usahanya semakin maju, mempu membuka lapangan kerja bagi orang lain.
Menurut Sosiolog David McClelland (dalam http://indonesia.go.id), “untuk membangun ekonomi suatu bangsa, minimal dibutuhkan dua persen wirausahawan dari total jumlah penduduk”. Sedangkan,

Menurut Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan (dalam http://bisnis..news.viva.co.id) tahun 2012: “persentase jumlah pengusaha saat ini baru 1,56 persen dari total penduduk Indonesia”. Jadi, persentase pengusaha di Indonesia masih kurang 0,44 % untuk meningkatkan perekonomian Negara. 

Data di atas disimpulkan bahwa lulusan SMK Pertanian banyak yang beralih bekerja di bidang industri lain karena kesulitan dalam bekerja dan memulai usaha di bidang pertanian. Sedangkan hasil dari Sektor Pertanian paling dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

1 comment: