MODUL
PEMBUATAN
PUPUK KOMPOS KOTORAN SAPI
A.
Pendahuluan
Peternakan merupakan jenis usaha hasil hewani,
diantaranya adalah daging, susu dan hasil samping berupa limbah. Hasil samping
peternakan seringkali menimbulkan protes masyarakat karena aroma dan limbah
yang dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya. Maka dalam hal ini harus ada
penanganan secara signifikan dengan mendaur ulang limbah menjadi produk yang
bernilai ekonomis, terbukti banyaknya perusahaan peternakan mulai memperhatikan
lingkungan dengan memberlakukan pengolahan limbah, salah satunya penanganan
kotoran ternak. Sehingga hal ini berdampak positif terhadap lingkungan yang
terjaga dengan baik. Peternakan seringkali melakukan pengolahan limbah kotoran
dalam skala besar yang mencapai puluhan ton bahan baku. Beda halnya dengan
peternak kecil yang hanya menghasilkan sedikit limbah kotoran dari beberapa
ternak. Maka dari itu harus ada penelitian tentang pengembangan pengolahan
limbah yang dibuat untuk mendukung usaha peternakan kecil sehingga limbah bisa
termanfaatkan dengan baik. Beberapa metode yang akan dilakukan adalah dengan
cara pengolahan limbah menjadi pupuk
kompos.
B.
Rumusan
Masalah
1. Limbah
kotoran sapi yang belum termanfaatkan dengan baik?
2. Terjadi
pencemaran lingkungan akibat dari membuang limbah peternakan disekitar
lingkungan masyarakat?
3. Kurangnya
SDM dalam pengelolaan limbah kotoran sapi?
4. Belum
terbentuknya pengelola limbah kotoran sapi di kampung cibedug?
5. Kesulitan
dalam memasarkan hasil pembuatan pupuk kompos?
C.
Tujuan
1. Meningkatkan
SDM di bidang Peternakan dengan mendayaguna hasil limbah kotoran menjadi produk
bernilai ekonomis seperti pupuk kompos.
2. Meningkatkan
pendapatan keuangan masyarakat peternak.
3. Upaya
antisipatif pencemaran lingkungan dari kotoran ternak yang terbuang.
4. Membentuk
kelompok pengelola usaha pembuatan pupuk kompos.
5. Membantu
dan memfasilitasi dalam mencari konsumen/market pupuk kompos.
D.
Tatalaksana
Pembuatan Pupuk Kompos
Usaha
pembuatan Pupuk Organik pada dasarnya merupakan salah satu usaha untuk
meningkatkan pendapatan petani dalam bentuk usaha tambahan, di samping untuk
memberikan apresiasi nilai tambah pada segala macam bentuk limbah organik yang
semula tidak memiliki nilai menjadi sebuah produk yang berharga, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan para petani beserta keluarganya.
Seperti
halnya kegiatan usaha lain, pembuatan Pupuk Organik juga berkaitan dengan
pemanfaatan sumberdaya dan sumber dana. Pengelolaan dan tata guna sumberdaya
alam berupa pemanfaatan limbah organik, yang berarti juga pembedayaan aneka
tanaman dan ternak, mencakup pengawasan mutu sumber, perawatan dan
pemeliharaannya, serta upaya pelestarian lingkungan hidup. Pemanfaatan
sumberdaya manusia berupa tenaga kerja menyangkut jumlah dan kualitas menurut
kemampuan dan tingkat kesejahteraannya. Sedangkan sumber dana terutama
digunakan untuk membiayai kegiatan usaha dengan tingkat kelancaran yang
optimal, artinya efisiensi dan efektifitas termasuk di dalamnya.
Usaha
pembuatan Pupuk Organik menuntut pengelolaan yang tepat dan cermat agar
pelaksanaan dan pengembangannya tidak berisiko gagal. Sistem pengelolaan yang
tepat akan mampu merespon kendala teknis dan non teknis yang lazim ditemui
dalam setiap usaha di bidang pertanian. Penggunaan dana untuk pembiayaan
operasional teknis maupun non teknis perlu dipertimbangkan secara cermat dan
akurat. Pembiayaan untuk pengadaan dan penggunaan bahan, serta pengaturan
logistik harus berdasarkan prioritas kebutuhan.
1.
Persiapan
Alat dan Bahan
a. Peralatan
· Sekop/Cangkul
· Saringan/ayakan
· Timbangan
|
· Sepatu boot
· Sarung tangan
|
b. Bahan
· Kotoran
Ternak (2 ton/2000 kg)
· Starter
Stardec 0.25 % (5 kg)
· Bahan
Organik (sisa pakan/rumput alang-alang) secukupnnya
· Kapur
3 % (60 kg)
2.
Alur
Proses Pembuatan Pupuk Kompos
Monitoring
|
Persiapan
Alat dan Bahan
|
Penimbangan
|
Penumpukan
Bahan
|
Pencampuran
Bahan Baku
|
Pembalikan
I
|
Pembalikan
IV
|
Pembalikan
V
|
Pendinginan
|
Pembalikan
III
|
Pembalikan
II
|
Penyaringan
|
Pengemasan
|
3.
Proses
Pembuatan Pupuk Kompos
a. Penimbangan
Bahan yang sudah disiapkan ditimbang
terlebih dahulu untuk menyesuaikan dengan standar formulasi yang sudah
ditentukan. Persentase penggunaan bahan
tambahan disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku kotoran sapi agar dalam proses dekomposisi sesuai dengan
apa yang diharapkan.
b. Pencampuran
Pencampuran bahan dilakukan dengan
menaburkan bahan-bahan lain pada tumpukan kotoran sapi dengan komposisi; Kotoran
Ternak (2 ton/2000 kg), Starter Stardec 0.25 % (5 kg), Bahan Organik (sisa
pakan/rumput alang-alang) secukupnnya dan Kapur 2.5 % (50 kg) Penaburan dilakukan sedikit demi
sedikit agar bahan tambahan tercampur dengan baik/ homogen.
c. Penumpukan
Tumpukan bahan dibuat dengan
diameter tinggi 1.5 sampai 2 meter dan panjang 2 meter membentuk bedengan atau
kerucut. Hal ini bertujuan untuk mencapai temperatur tumpukan yang maksimum
yaitu 60-70 ºC, hal ini dimaksudkan agar bahan baku kompos cepat dipanen.
d. Monitoring
Pengontrolan dilakukan selama proses
dekomposisi berlangsung yaitu setiap satu minggu sekali dengan melihat
perubahan yang ditimbulkan. Pada proses dekomposisi, perubahan yang dihasilkan
bisa dilihat pada waktu pembalikan berlangsung, yaitu suhu panas yang
ditimbulkan bahan baku yang terdekomposisi, tekstur, aroma dan warna.
e. Pembalikan
Pembalikan dilakukan untuk membuang
panas yang berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan,
meratakan proses pelapukan di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air
(60 % kadara air bahan), serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel
kecil-kecil.
f. Pendinginan
Setelah proses pengomposan berjalan
selama 30-40 hari suhu tumpukan akan semakin menurun. Pada saat itu bahan
kompos akan lapuk dan terlihat berwarna coklat tua serta tidak menimbulkan bau
amoniak. Proses pendinginan berjalan selama 15 hari sampai kompos terasa dingin
mencapai suhu ruangan yaitu 25 ºC.
g. Penyaringan
Penyaringan dilakukan setelah proses
pendinginan selesai sampai kompos benar-benar matang. Penyaringan bertujuan
untuk menyelaraskan ukuruan partikel kompos serta memisahkan bahan-bahan yang
tidak diharapkan seperti plastik atau benda yang tidak terdekomposisi.
h. Panen/Pengemasan
Pengemasan
bisa dilakukan dengan menggunakan karung atau wadah plastik, kompos sebaiknya
disimpan di dalam gudang yang aman dari rayap dan kecoa serta terlindung dari
hujan dan sinar matahari. Setelah itu kompos sudah bisa digunakan atau dipakai
untuk keperluan pertanian.
E.
Analisa
Usaha Pembuatan Kompos Untuk 1 Ton Limbah Kotoran Ternak
Asumsi perhitungan :
a.
Periode produksi 4 minggu
b.
Setiap periode bisa menghasilkan
1 ton atau lebih
c.
Harga Pupuk Organik Rp. 1.100,00 per Kg
|
d.
Harga yang dipakai adalah yang
berlaku pada awal tahun 2011. Harga dapat berubah setiap saat sesuai dengan perkembangan situasi.
e.
Penggunaan tenaga kerja, bahan kotoran dan peralatan dikelola secara mandiri.
|
1.
Investasi
Investasi utama dalam pembuatan
Pupuk Organik adalah bangunan tempat pembuatan yang milik sendiri atau bisa
sewa dan buat sendiri. Di bawah akan di paparkan biaya investasi dalam skala 1
ton bahan:
No.
|
Uraian
|
Harga Satuan
|
Jumlah
|
1.
|
Plastik
(Bungkusan)
|
7.500,00
|
15.000,00
|
2.
|
Saringan
(kawat ram)
|
15.000,00
|
30.000,00
|
3.
|
Hekter
|
25.000,00
|
25.000,00
|
|
Total
|
|
70.000,00
|
Biaya investasi digunakan dalam 1 bulan atau 4 kali
produksi kompos. Berarti biaya investasi Rp 70.000 x 4 = Rp 280.000,00. Investasi
bisa dipakai selama 1 tahun. Dengan demikian penyusutan untuk investasi sebesar
= Rp. 280.000,00 : 12 bulan = Rp 23.333,00.
2.
Biaya Produksi
Tabel.Untuk memproses 1 ton bahan baku, dibutuhkan biaya:
No.
|
Uraian
|
Komposisi (%)
|
Kebutuhan (Kg)
|
Harga/kg (Rp.)
|
Jumlah (Rp.)
|
I.
|
Bahan
|
|
|
|
|
1.
|
Kotoran
Sapi
|
82,75
|
827,5
|
|
|
2.
|
Abu
|
10
|
100
|
250,00
|
25.000,00
|
3.
|
Serbuk
Gergaji
|
5
|
50
|
100,00
|
5.000,00
|
4.
|
Dolomite/kapur
|
2
|
20
|
1250,00
|
25.000,00
|
5.
|
Stardec
|
0,25
|
2,5
|
15.500,00
|
31.000,00
|
|
Sub
Total
|
|
1.000
|
|
86.000,00
|
II.
|
Tenaga
Kerja
|
Bisa dikerjakan sendiri
|
|||
|
Total
|
|
|
|
86.000,00
|
3.
Hasil/Produksi
Produksi Pupuk
Organik bisa mencapai 28.8 ton dalam satu tahun dengan (rata-rata
pembuatan 4 kali dalam satu minggu). Sebab dari jumlah total
bahan satu ton, setelah menjadi Pupuk Organik biasanya hanya tinggal 600 kg,
atau terjadi penyusutan sebesar 40%.
Kalau harga 1 kg Pupuk Organik Rp. 1.100,00 berarti
diperoleh hasil 600 kg x Rp. 1.100,00 =
Rp 660.000,00 per produksi. Lalu dalam satu bulan yaitu 2400 kg x Rp. 1.100,00 =
Rp 2.640.000,00. Sedangkan dalam satu tahun 28.800 kg x Rp. 1.100,00 = Rp. 31.680.000,00.
4. Analisa Keuntungan Usaha
Hasil keuntungan
dalam waktu satu bulan dengan perhitungan di bawah ini:
Keuntungan
= Jumlah penerimaan – jumlah
pengeluaran
= Rp. 2.640.000,00
– (4 kali produksi x Rp. 70.000,00)
= Rp. 2.640.000,00
– Rp. 280.000,00
= Rp.
2.360.000,00 per bulan
Jadi,
untuk usaha pembuatan kompos yang dilakukan secara mandiri dan menggunakan alat
dan bahan kotoran sendiri membutuhkan modal ± Rp 280.000,00 per bulan atau 4
kali produksi. Sedangkan keuntungan yang di dapatkan mencapai ± Rp 2.360.000,00 per bulan.
No comments:
Post a Comment