CINTA DI SEKOLAH ALAM BANDUNG
Mentari
pagi bersinar menyapa hijau daun yang berembun, menghidupi makhluk Allah yang
senantiasa bertasbih, berayun menari-nari laksana lambayan tangan, menyapa
anak-anak yang berlarian ceria menebar senyum indah tanda ucapan selamat datang
dari sang Alam. Hiiii.....(begitulah gambaran alam menyapaku), Aku adalah orang
yang belajar bersama alam, perkenalkan namaku lengkapku “Saba Abdul Mulki”
biasa dipanggil “Saba”. Umurku 10 tahun, saat ini aku bersekolah di Sekolah
Alam yang ada di Bandung, biasanya orang-orang menyebutnya (SAB).
Sejak
TK aku sekolah disini, suasananya menyenangkan dan menggembirakan, kegiatanku
sehari-hari bermain di Alam bersentuhan langsung dengan tanaman, sungai, hewan
dan bahkan sering sekali aku bermain kotor-kotoran,he.....(wajah menyeringai).
Saat ini aku sudah beranjak kelas 5 SD, biasanya aku berangkat dari rumah jam
07.00 pagi, diantar oleh tukang ojek/jemputan dari sekolah, ya memang sih kalau
hujan naek ojek agak merepotkan dan bahkan sering sekali telat ke Sekolah. Aku
sih gak bisa menyalahkan tukang ojek apalagi Hujan, karena memang sudah sudah
sunatullah dan kata guruku hujan itu rezeki loh buat manusia, ya aku sedikit
bingung kenapa hujan termasuk rejeki??? Orang-orang ko aku perhatikan suka
bilang rezeki itu dalam bentuk uang ya???. Karena bingung aku bertanya pada
guruku, bu kenapa hujan termasuk rejeki? Kata guruku karena hujan menghidupi
bumi, menghidupi tanaman, hewan bahkan manusia. Kenapa coba bisa menghidupi?
(guruku bertanya). Mungkin karena bisa mnyuburkan tanaman ya bu? (sahutku), Iya
saba, karena tanpa air kita tidak bisa hidup, kalau kita merasa dahaga apa yang
kita butuhkan? Sudah tentu air, nah di dalam tubuh manusia itu sekitar 70-80 %
nya mengandung air, contohnya darah yang cair. Oh.....begitu ya bu (sahutku), di
dalam al-qur’an pun selalu disebutkan kata “Sungai” karena memang air itu
sumber kehidupan, dalam sejarahpun manusia jaman dahulu hidup dan tinggal di
dekat sungai karena memudahkan mereka apabila membutuhkan air. He.....aku baru
mengerti bu (sahutku lagi), eh iya aku lupa memperkenalkan guruku....hihihi....
kenalkan nama guruku Ibu Annisa, biasanya aku manggil Bu Nisa, parasnya cantik
sesuai namanya dan baik pula sabar mengajariku dan teman-temankku.
Keesokan
harinya saba berangkat ke Sekolah seperti biasa melakukan aktivitas yang memang
sudah rutin dilakukan. Pagi itu matahari sudah mulai naik menandakan pukul
tujuh pagi, saba berangkat ke Sekolah menggunakan ojek yang biasa mengantar
jemputnya. Sesampainya di parkiran Sekolah saba turun dari motor dan bertemu
dengan “Fikar”. Hiii Kar Assalamualaikum..... (sapa Saba pada Fikar), Fikarpun
menjawab salamnya, Waalaikumsalam Sab, Eh
iya, Fikar : “Bu Nisa kemarin ngasih PR ya?”, Saba : “iya kar, kamu sudah
selesai belum?”, Fikar : “Belum nih, aku suka lupa kalau ada PR”, Saba : “Lupa
apa lupa?”, Fikar : “Benaran lupa sab”.
Fikar
termasuk salah satu anak yang pintar dalam hafalan, bahkan hafalan “Qur’an-nya”
mengungguli teman-teman sekelasnya, akan tetapi anak ini sering kali lalai
dalam mengerjakan tugas yang di berikan guru, karena memang anak-anak itu
mempunyai keunikan tersendiri. Maka dari itu, seorang gurulah yang berperan
penting dalam mengarahkan mereka menjadi manusia-manusia yang bertanggung
jawab, disiplin dan ber akhlakul karimah yang baik.
Setelah
bertegur sapa dengan fikar, mereka beranjak menuruni tangga menuju ke kelasnya,
lokasi kelas 5 memang berada di pojong sekolah bagian atas berdekatan dengan
tanaman rumput gajah. Ya memang Sekolah Alam Bandung mempunyai konsep Alam
sesuai dengan namanya, ruang kelas pun berbentuk rumah panggung yang biasa
disebut saung, banyak pepohonan, kolam, bahkan aliran air dari sungai terdekat.
Sekolah Alam memiliki beberapa fasilitas penunjang untuk kegiatan belajar
anak-anak berupa playground untuk TK, peralatan outbound, lapangan yang tidak
begitu besar sekedar untuk berkumpul anak-anak dan bermain bola, disamping
lapangan aula berupa saung yang diperuntukan untuk sholat dan mengaji
anak-anak.
Mereka
berdua kebetulan datang paling pagi dari teman-temannya, sesampainya di kelas
mereka bertemu guru yaitu Bapak Naba namanya, beliau memang seringkali datang
pagi ke Sekolah karena memang jarak dari rumahnya ke Sekolah cukup jauh dan
membutuhkan waktu sekitar 40 menit. Sekolah Alam Bandung memang mengharuskan
ada dua guru di dalam kelas, untuk menyesuaikan dengan keadaan anak-anak di
rumah layaknya seorang Ayah dan Ibu. Asalamualaikum..... sapa “Saba” dan
“Fikar” pada Pak Naba, Pak Naba : “Waalaikumsalam.....eh kalian, alhamdulilah
dateng pagi....Keren....Istiqomah ya?he....” Saba : “Bapak paling pagi terus
aku susah ngalahin nih”, Fikar : “Iya lah Pak Naba kan gurunya masa telat, kamu
ini...” Pak Naba : “Husstt....udah jangan berdebat, sok simpan dulu tas
kalian”, Naba dan Fikar : “Siap Komandan,”, Naba : “Tapi pak, lokernya kan
belum dibuka, aku mau ngambil Al-Qur’an sama tiket buat ngaji ke Pak Imran”,
Pak Naba : “oh iya bapak lupa, he,,,, sebentar ya?”.
Keadaan
dikelas memang menggambarkan kesederhanaan, disitu ada meja-meja kecil yang
disediakan sekolah untuk anak-anak, bentuk meja sama seperti meja kebanyakan
yang ada di Sekolah-sekolah lain, akan tetapi kaki meja dibuat pendek sehingga
kegiatan belajar dilakukan dengan duduk di lantai. Selain meja, fasilitas lain
yang ada di kelas adalah whiteboard, galon air mineral, loker untuk buku-buku
belajar anak-anak, madding, jam dinding, lampu dan stop kontak listrik. Posisi
white board terletak menyerong sebelah kiri arah kiblat tepatnya sebelah barat,
sedangkan pintu masuk kelas ada sebelah timur. Kelasnya sendiri terdiri dari
dua yaitu bagian atas dan bawah, dibagian atas ditempati kelas 5B, sedangkan
sebalah bawah kelasnya “Saba” yaitu kelas 5A, memang kelas 5 adalah kelas
pararel menyesuaikan dengan keunikan anak-anaknya, dalam hal ini kita sebagai
orang tua apalagi seorang Guru tidak tepat apabila ada perilaku dan kemampuan
anak yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan sebagai “Kekurangan”. Karena
semua manusia mempunyai keunikan tersendiri terlebih anak-anak, mungkin saja
dalam bidang tertentu ada yang menarik minatnya ataupun bisa juga anak tidak
berminat, dalam bidang lainpun mereka
pasti memiliki kelebihan tertentu. Allah memberikan ujian dan cobaan sesuai
dengan kemampuan manusia, bahkan kecerdasanpun merupakan suatu ujian bagi
manusia, apabila kita tidak mengamalkannya dengan baik maka celakalah.
Setelah
membuka loker, Pak Naba pun beranjak pergi dan berpamitan sejenak pada Saba dan
Fikar dengan mengucakan salam. Pak Naba : “Saba, Fikar, bapak mau ke ruang guru
duu ya?”, Fikar : “mau ngapain pak?”, Saba : “Mau ngaji kar, pak naba dan guru-guru
lain memang sering kumpul kalau pagi-pagi untuk ngaji, soalnya aku pernah
liat”, Fikar : “Oh.....”, Pak Naba : “Yasudah, bapak kesana dulu ya?
Assalamualaikum.....”, Saba, Fikar : “Waalaikumsalam....”. Kegiatan pagi
sebelum megajar, guru-guru di Sekolah Alam Bandung memang rutin mengaji bersama
di ruang guru, hal itu dilakukan tidak lain untuk mendapatkan pahala serta
rahmat dari Allah SWT, keberkahan ilmu dan membersihkan/melapangkan hati,
karena memang dengan membaca satu huruf dari ayat Al-Qur’an bernilai 10
kebaikan.
To Be Continued.....