Pages

My Picture

My Picture
Yoggi Prayoga

Thursday, December 8, 2016

CINTA DI SEKOLAH ALAM BANDUNG

CINTA DI SEKOLAH ALAM BANDUNG


Mentari pagi bersinar menyapa hijau daun yang berembun, menghidupi makhluk Allah yang senantiasa bertasbih, berayun menari-nari laksana lambayan tangan, menyapa anak-anak yang berlarian ceria menebar senyum indah tanda ucapan selamat datang dari sang Alam. Hiiii.....(begitulah gambaran alam menyapaku), Aku adalah orang yang belajar bersama alam, perkenalkan namaku lengkapku “Saba Abdul Mulki” biasa dipanggil “Saba”. Umurku 10 tahun, saat ini aku bersekolah di Sekolah Alam yang ada di Bandung, biasanya orang-orang menyebutnya (SAB).
Sejak TK aku sekolah disini, suasananya menyenangkan dan menggembirakan, kegiatanku sehari-hari bermain di Alam bersentuhan langsung dengan tanaman, sungai, hewan dan bahkan sering sekali aku bermain kotor-kotoran,he.....(wajah menyeringai). Saat ini aku sudah beranjak kelas 5 SD, biasanya aku berangkat dari rumah jam 07.00 pagi, diantar oleh tukang ojek/jemputan dari sekolah, ya memang sih kalau hujan naek ojek agak merepotkan dan bahkan sering sekali telat ke Sekolah. Aku sih gak bisa menyalahkan tukang ojek apalagi Hujan, karena memang sudah sudah sunatullah dan kata guruku hujan itu rezeki loh buat manusia, ya aku sedikit bingung kenapa hujan termasuk rejeki??? Orang-orang ko aku perhatikan suka bilang rezeki itu dalam bentuk uang ya???. Karena bingung aku bertanya pada guruku, bu kenapa hujan termasuk rejeki? Kata guruku karena hujan menghidupi bumi, menghidupi tanaman, hewan bahkan manusia. Kenapa coba bisa menghidupi? (guruku bertanya). Mungkin karena bisa mnyuburkan tanaman ya bu? (sahutku), Iya saba, karena tanpa air kita tidak bisa hidup, kalau kita merasa dahaga apa yang kita butuhkan? Sudah tentu air, nah di dalam tubuh manusia itu sekitar 70-80 % nya mengandung air, contohnya darah yang cair. Oh.....begitu ya bu (sahutku), di dalam al-qur’an pun selalu disebutkan kata “Sungai” karena memang air itu sumber kehidupan, dalam sejarahpun manusia jaman dahulu hidup dan tinggal di dekat sungai karena memudahkan mereka apabila membutuhkan air. He.....aku baru mengerti bu (sahutku lagi), eh iya aku lupa memperkenalkan guruku....hihihi.... kenalkan nama guruku Ibu Annisa, biasanya aku manggil Bu Nisa, parasnya cantik sesuai namanya dan baik pula sabar mengajariku dan teman-temankku.
Keesokan harinya saba berangkat ke Sekolah seperti biasa melakukan aktivitas yang memang sudah rutin dilakukan. Pagi itu matahari sudah mulai naik menandakan pukul tujuh pagi, saba berangkat ke Sekolah menggunakan ojek yang biasa mengantar jemputnya. Sesampainya di parkiran Sekolah saba turun dari motor dan bertemu dengan “Fikar”. Hiii Kar Assalamualaikum..... (sapa Saba pada Fikar), Fikarpun menjawab salamnya, Waalaikumsalam Sab,  Eh iya, Fikar : “Bu Nisa kemarin ngasih PR ya?”, Saba : “iya kar, kamu sudah selesai belum?”, Fikar : “Belum nih, aku suka lupa kalau ada PR”, Saba : “Lupa apa lupa?”, Fikar : “Benaran lupa sab”.
Fikar termasuk salah satu anak yang pintar dalam hafalan, bahkan hafalan “Qur’an-nya” mengungguli teman-teman sekelasnya, akan tetapi anak ini sering kali lalai dalam mengerjakan tugas yang di berikan guru, karena memang anak-anak itu mempunyai keunikan tersendiri. Maka dari itu, seorang gurulah yang berperan penting dalam mengarahkan mereka menjadi manusia-manusia yang bertanggung jawab, disiplin dan ber akhlakul karimah yang baik.
Setelah bertegur sapa dengan fikar, mereka beranjak menuruni tangga menuju ke kelasnya, lokasi kelas 5 memang berada di pojong sekolah bagian atas berdekatan dengan tanaman rumput gajah. Ya memang Sekolah Alam Bandung mempunyai konsep Alam sesuai dengan namanya, ruang kelas pun berbentuk rumah panggung yang biasa disebut saung, banyak pepohonan, kolam, bahkan aliran air dari sungai terdekat. Sekolah Alam memiliki beberapa fasilitas penunjang untuk kegiatan belajar anak-anak berupa playground untuk TK, peralatan outbound, lapangan yang tidak begitu besar sekedar untuk berkumpul anak-anak dan bermain bola, disamping lapangan aula berupa saung yang diperuntukan untuk sholat dan mengaji anak-anak.
Mereka berdua kebetulan datang paling pagi dari teman-temannya, sesampainya di kelas mereka bertemu guru yaitu Bapak Naba namanya, beliau memang seringkali datang pagi ke Sekolah karena memang jarak dari rumahnya ke Sekolah cukup jauh dan membutuhkan waktu sekitar 40 menit. Sekolah Alam Bandung memang mengharuskan ada dua guru di dalam kelas, untuk menyesuaikan dengan keadaan anak-anak di rumah layaknya seorang Ayah dan Ibu. Asalamualaikum..... sapa “Saba” dan “Fikar” pada Pak Naba, Pak Naba : “Waalaikumsalam.....eh kalian, alhamdulilah dateng pagi....Keren....Istiqomah ya?he....” Saba : “Bapak paling pagi terus aku susah ngalahin nih”, Fikar : “Iya lah Pak Naba kan gurunya masa telat, kamu ini...” Pak Naba : “Husstt....udah jangan berdebat, sok simpan dulu tas kalian”, Naba dan Fikar : “Siap Komandan,”, Naba : “Tapi pak, lokernya kan belum dibuka, aku mau ngambil Al-Qur’an sama tiket buat ngaji ke Pak Imran”, Pak Naba : “oh iya bapak lupa, he,,,, sebentar ya?”.
Keadaan dikelas memang menggambarkan kesederhanaan, disitu ada meja-meja kecil yang disediakan sekolah untuk anak-anak, bentuk meja sama seperti meja kebanyakan yang ada di Sekolah-sekolah lain, akan tetapi kaki meja dibuat pendek sehingga kegiatan belajar dilakukan dengan duduk di lantai. Selain meja, fasilitas lain yang ada di kelas adalah whiteboard, galon air mineral, loker untuk buku-buku belajar anak-anak, madding, jam dinding, lampu dan stop kontak listrik. Posisi white board terletak menyerong sebelah kiri arah kiblat tepatnya sebelah barat, sedangkan pintu masuk kelas ada sebelah timur. Kelasnya sendiri terdiri dari dua yaitu bagian atas dan bawah, dibagian atas ditempati kelas 5B, sedangkan sebalah bawah kelasnya “Saba” yaitu kelas 5A, memang kelas 5 adalah kelas pararel menyesuaikan dengan keunikan anak-anaknya, dalam hal ini kita sebagai orang tua apalagi seorang Guru tidak tepat apabila ada perilaku dan kemampuan anak yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan sebagai “Kekurangan”. Karena semua manusia mempunyai keunikan tersendiri terlebih anak-anak, mungkin saja dalam bidang tertentu ada yang menarik minatnya ataupun bisa juga anak tidak berminat,  dalam bidang lainpun mereka pasti memiliki kelebihan tertentu. Allah memberikan ujian dan cobaan sesuai dengan kemampuan manusia, bahkan kecerdasanpun merupakan suatu ujian bagi manusia, apabila kita tidak mengamalkannya dengan baik maka celakalah.
Setelah membuka loker, Pak Naba pun beranjak pergi dan berpamitan sejenak pada Saba dan Fikar dengan mengucakan salam. Pak Naba : “Saba, Fikar, bapak mau ke ruang guru duu ya?”, Fikar : “mau ngapain pak?”, Saba : “Mau ngaji kar, pak naba dan guru-guru lain memang sering kumpul kalau pagi-pagi untuk ngaji, soalnya aku pernah liat”, Fikar : “Oh.....”, Pak Naba : “Yasudah, bapak kesana dulu ya? Assalamualaikum.....”, Saba, Fikar : “Waalaikumsalam....”. Kegiatan pagi sebelum megajar, guru-guru di Sekolah Alam Bandung memang rutin mengaji bersama di ruang guru, hal itu dilakukan tidak lain untuk mendapatkan pahala serta rahmat dari Allah SWT, keberkahan ilmu dan membersihkan/melapangkan hati, karena memang dengan membaca satu huruf dari ayat Al-Qur’an bernilai 10 kebaikan.

 To Be Continued.....